Ahad, 25 Maret 2018, Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran kembali mendapat kunjungan dari salah satu Masyayikh Timur Tengah. Kali ini Syaikh Amin Al Anshory, seorang dai dari Mesir, murid dari Syaikh Mukhtar Asyinqithy, Syaikh Utsaimin dan intens dalam majelis Syaikh Musthafa Al ‘Adawy, untuk kali keempat beliau berkunjung ke PIA. Kenangan rihlah ilmiyah yang diukir di Tengaran membuat beliau rindu untuk selalu bertandang ke Pesantren Al Irsyad, bahkan beliau sempat mengusulkan kepada Pesantren untuk membuka program khusus untuk orang-orang Timur Tengah agar dapat ikut belajar dan menyekolahkan putra-putri pemilik lidah asli Bahasa Arab di Pesantren Al Irsyad.
Beliau tiba di Pesantren selepas dhuhur didampingi Ustadz Muhammad Wujud (Magelang) yang juga pernah menjadi pengajar PIA pada awal perintisan Pesantren Al Irsyad. Kunjungan kali ini pun tak disia-siakan oleh Pesantren untuk meminta beliau memberikan suntikan motivasi kepada santri-santri. Setelah beristirahat dan menjalankan sholat maghrib, Syaikh telah siap di barisaan pertama shalat untuk menyampaikan nasihat kepada santri. Beliau sempat menawarkan beberapa materi kepada santri, dan para santri nampaknya begitu rindu diajak rihlah dengan kisah. Penulis buku “Mausu’ah Tifl Muslim” atau Ensiklopedi Anak Muslim ini akhirnya mengajak santri melabuhi kisah sahabat Ibnu Abbas.
Beliau mulai bercerita tentang Ibnu Abbas kecil, putra Paman Nabi, yang begitu semangat mencari ilmu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Abbas sering tinggal menginap di kediaman Nabi untuk melihat keseharian Nabi, sampai-sampai Nabi memberikan doa khusus kepadanya,
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
Artinya: “Ya Allah, fahamkanlah dia perkara agama dan ajarkanlah tafsir Al Quran.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani)
Lebih dari itu, kata Syaikh, yang menjadikan Ibnu Abbas memiliki ilmu bak lautan dan menjadi rujukan ilmu para sahabat selain semangat yang tinggi adalah keluhuran adab beliau saat mencari ilmu.
Diceritakan oleh Syaikh, bahwa putra Paman Nabi ini pernah mendatangi seorang sahabat untuk mengambil ilmu darinya. Namun, sesampai dikediaman sahabat tersebut, pintu rumah masih tertutup, sehingga Ibnu Abbas pun menantikan sahabat tersebut hingga tertidur dengan debu pasir yang menerpa beliau. Ibnu Abbas tidak ingin mengganggu istirahat sahabat terlebih yang akan diambil ilmunya. Penantian beliau setelah sekian waktu pun berakhir dengan dibukanya pintu rumah. Sahabat pemilik rumah pun menegur, “Wahai putra paman Rasulullah, apa yang membuat engkau datang? Tidakkah engkau utus seseorang, agar saya bisa mendatangimu.” Dengan rendah hati beliau menjawab, “Tidak, saya yang lebih berhak untuk mendatangimu. Telah sampai kepada saya satu hadits darimu, bahwasanya engkau mendengarnya dari Rasulullah. Maka saya ingin mendengarnya langsung darimu.”
Demikianlah sepenggal motivasi yang disampaikan Syaikh dalam kunjungan beliau ke PIA tahun ini. Kisah yang beliau paparkan menjadi motivasi dan pelecut semangat santri dalam mengarungi lautan ilmu di pesantren. Tersisalah dari kepulangan Syaikh selepas shalat Isya, beliau meninggalkan hikmah kisah kegigihan dan keluhuran adab Ibnu Abbas dalam menuntut ilmu, yang akhirnya mengangkat nama Ibnu Abbas muda begitu tinggi dan mulia di tengah para sahabat Nabi yang telah berusia. Terima kasih jazahumullahu khairan Syaikh atas nasihat dan motivasi, semoga Allah Ta’ala menjadikan kenang-kenangan indah dalam taman surga ini, sebagai pemberat timbangan amal kebaikan dan menjadikan bekal berharga bagi santri-santri di PIA.