Sejarah Singkat
Pesantren Islam Al-Irsyad berdiri pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada tahun 1988. Pada pertengahan tahun 1995, pesantren melihat bahwa masa depan umat sangat bergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dan SDM yang berkualitas sekaligus mumpuni hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam yang bertopang pada manhaj Salafus Shaleh. Dengan ini Islam akan jaya dan tinggi di atas bumi persada. Munculnya sistem pendidikan yang tidak islami dan menyimpang dari garis-garis syariat merupakan kendala yang sangat besar bagi kita. Ini merupakan awan hitam yang menyelimuti sistem tarbiyah shahihah.
Mengingat beberapa hal yang telah disebutkan di atas, maka pada tahun itu juga, Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran, berusaha dan mencoba meretas jalan membentuk Madarasah Islamiyah sebagai jalur pendidikan formal yang sangat dasar dengan cara melakukan survey ke beberapa sekolah yang sistem pembelajarannya sama dengan sistem Pesantren.
Keinginan kuat untuk membentuk sistem pembelajaran formal setingkat SD/MI, selain alasan yang telah disebutkan di atas, juga didorong oleh beberapa hal berikut :
- Banyaknya sekolah-sekolah dasar Islam yang belum bisa mewujudkan norma-norma tarbiyah islamiyah.
- Banyaknya keluhan yang datang dari sebagian kaum muslimin yang telah mengerti dien terhadap sekolah-sekolah yang ada.
- Munculnya gagasan Pemerintah yang menjadikan sistem pendidikan dasar yang dulunya 6 tahun menjadi 9 tahun.
- Keinginan Pesantren untuk memiliki sistem pembelajaran formal yang komprehensif dari SD – SMA, dan yang ada selama itu adalah jenjang Mutawasithoh (setingkat SLTP), I’dad Lughawi A (khusus lulusan SLTP sebagai persiapan untuk masuk I’dad Mu’allimin selama 1 tahun), I’dad Mu’allimin (setingkat SLTA), I’dad Lughawi B (khusus lulusan SLTA/PT selama 1 tahun) dan I’dad Dini (khusus lulusan I’dad Lughawi B selama 1 tahun).
Dengan adanya SDM Pesantren yang terbatas ditambah dengan aktifitas pesantren yang begitu padat, wacana untuk membentuk lembaga pendidikan setingkat SD pada tahap yang lebih kongkrit banyak menemui kendala dan penundaan. Namun demikian, langkah-langkah untuk menuju ke arah sana terus digagas. Menginjak tahun 1999, panitia pembentukan Madrasah Islamiyah berhasil mengkongkritkan wacana di atas yang ditandai dengan dibukanya pendaftaran santri baru untuk jenjang dasar. Untuk sementara, lembaga pendidikan ini diberi nama dengan Ibtidaiyah Tahfizhul Qur`an (ITQ) dan belum berada di bawah naungan manapun selain Pesantren Islam Al-Irsyad.
Kemudian atas desakan beberapa wali santri dan demi pengembangan selanjutnya, pada pertengahan tahun 2001 atau tepatnya tahun pelajaran 2001/2002 ITQ bergabung dan menginduk di bawah naungan DEPAG. Dengan bergabungnya ITQ di bawah pantauan DEPAG, otomatis namanya pun berubah menjadi MITQ (Madrasah Ibtidaiyah Tafhizhul Qur’an). Kemudian pada permulaan tahun pelajaran 2007/2008, MITQ mencoba untuk pindah naungan ke DIKNAS karena adanya beberapa alasan. Alhamdulillah tepat pada akhir semester pertama, izin untuk pendirian sekolah di bawah naungan DIKNAS turun. Maka sejak saat itulah, penggunaan nama SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur`an) Al-Irsyad, mulai dipakai. SDITQ Al-Irsyad mendapatkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20320584 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 102032202051.
Sekelumit Tentang ITQ, MITQ, dan SDITQ
ITQ (Ibtidaiyah Tahfizhul Qur’an)
Kurikulum yang digunakan pada tahapan ini, adalah mata pelajaran agama yang digarap secara lokal dengan mapel unggulannya adalah hafalan Al-Qur’an. Sedangkan target dari mapel unggulan ini, diharapkan santri bisa menghafal sebanyak 30 Juz selama 6 (enam) tahun.
MITQ (Madrasah Ibtidaiyah Tahfizhul Qur’an)
Setelah bergabung di bawah naungan DEPAG pada tahun 2001, maka kurikulum agama yang dipakai di sekolah, adalah mapel agama rujukan DEPAG. Secara otomatis, konsentrasi santri dalam menguasai target yang dicanangkan pesantren menjadi terbagi. Harapan awal bahwa bergabung dengan DEPAG, hanya sebatas nama saja, tapi kenyataannya kita banyak berkecimpung dalam program DEPAG, sehingga konsentrasi santri yang tadinya terfokus pada hafalan Al-Qur’an dan mulok, tersita pada beberapa mapel agama yang dari DEPAG. Mapel tersebut adalah Akidah-Akhlak, Qur’an-Hadits, Fiqh, Bahasa Arab, dan SKI. Dari sini pula maka target hafalan menjadi 6 Juz selama 6 tahun.
SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur’an)
Berdasarkan hasil musyawarah guru MITQ Al-Irsyad pada tahun 2006 dan mempertimbangkan pengembangan pendidikan mulok pesantren maka disepakati untuk bergabung di bawah bimbingan dan naungan dinas pendidikan dan bisa terealisasi pada tahun 2007 dengan nama SD ITQ Al-Irsyad, sehingga pengelola bisa mendesain pendidikan agama sesuai dengan karakteristik dakwah ahlussunnah wal jamaah ‘ala nahji salaful Ummah. Target hafalan Al Qur’an santri disepakati minimal 1 juz per tahun ajaran bagi anak yang memiliki kemampuan rata-rata. Sehingga diharapkan selama 6 tahun belajar mendapatkan hafalan minimal 6 juz.