Sesungguhnya manusia adalah tempatnya dosa. Nah, apakah dosa yang pertama ada di langit dan di Bumi?
Dosa pertama di Langit adalah hasadnya Iblis kepada Adam alaihissalam yang menyebabkan Iblis tidak melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Adam, hal itu adalah hasil dari kesombongan, tertipu dengan dirinya dan merasa mulia.
Kemudian dosa selanjutnya yang ada di langit adalah maksiatnya Adam dan Hawa ketika mereka berdua memakan buah yang telah Allah larang untuk memakannya, hal itu terjadi akibat provokasi dari Iblis -semoga Allah melaknatnya- Kemudian Adam dan Hawa bertaubat, Allah pun menerima taubatnya. Karena hal ini, maka perlu dipahami, bahwa, “Meninggalkan perintah lebih besar dosanya di sisi Allah daripada melaksanakan Larangan.”
Adam dilarang untuk memakan buah, namun dia memakannya, Adam bertaubat dan Allah menerima taubatnya sedangkan Iblis diperintahkan untuk sujud kepada Adam, dia tidak mau bersujud dan kemudian tidak mau bertaubat sehingga Allah tidak mengampuninya.
Dosa melaksanakan larangan sumbernya sebagaian besar karena syahwat dan kebutuhan, sedangkan dosa meninggalkan perintah sumbernya sebagian besar adalah kesombongan dan merasa mulia. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Tidak akan masuk Surga siapa yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Sedangkan para Ahli Tauhid yang meninggal akan masuk Surga, meskipun mereka berzina atau mencuri.
Oleh karena itu, siapapun yang meninggalkan perintah yang Allah perintahkan seperti perintah shalat dan lainnya, maka tidak diragukan lagi di dalam bahaya yang besar.
ِApakah pengaruh maksiat Adam dan Hawa terhadap anak keturunan mereka berdua?
Di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
وَلَولَا حَوَّاءُ لَـمْ تَخُنْ أُنْثَى زَوْجَهَا
“Dan seandainya bukan (karena) Hawa, seorang istri tidak akan mengkhianati suaminya.”
Maksudnya adalah Hawa mengkhianati Adam dalam memberikan tipu daya dan mempengaruhi Adam agar menyelisihi perintah dengan memakan buah terlarang, maka hal itu diturunkan kepada para wanita setelahnya disebabkan oleh kemaksiatan, bukanlah yang dimaksud khianat di sini adalah zina.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَمَّا خَلَقَ اللهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ جَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصاً مِنْ نُورٍ ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هؤُلاَءِ؟ قالَ: هؤُلاَءِ ذُرِّيَّتُكَ. فَرَأَى رَجُلاً مِنْهُمْ أَعْجَبَهُ نُورُ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَذَا؟ قَالَ: رَجُلٌ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ فِي آخِرِ الْأُمَمِ يُقَالُ لَهُ دَاوُدُ. قاَلَ: أَيْ رَبِّ، كَمْ عُمْرُهُ؟ قَالَ: سِتُّونَ سَنَةً. قالَ: فَزِدْهُ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعِينَ سَنَةً. قَالَ: إِذَنْ يُكْتَبُ وَيُخْتَمُ وَلاَ يُبَدَّلُ. فَلَمَّا انْقَضَى عُمْرُ آدَمَ جَاءَ مَلَكُ الْمَوْتِ فَقَالَ: أَوَلَمْ يَبْقَ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَوَلَمْ تُعْطِهَا ابْنَكَ دَاوُدَ؟ فَجَحَدَ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَنَسِيَ آدَمُ فَنَسِيَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَخَطِىءَ آدَمَ فَخَطِئَتْ ذُرِّيَّتُهُ
Setelah Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggung Adam, maka bertaburanlah semua ruh yang Allahlah Yang menciptakannya sampai hari kiamat. Kemudian Dia letakkan di antara kedua mata masing-masing mereka itu seberkas cahaya, lalu Dia tunjukkan kepada Adam.
Adam pun bertanya, “Duhai Rabbku, siapakah mereka ini?”
Kata Allah, “Mereka ini adalah anak cucumu.”
Lalu dia melihat salah seorang dari mereka yang cahaya orang itu menakjubkannya, katanya, “Duhai Rabbku, siapakah dia ini?”
Kata Allah, “Dia salah seorang anak cucumu di kalangan umat belakangan, namanya Dawud.”
“Duhai Rabbku, berapakah panjang umurnya?”
“Enam puluh tahun.”
“Tambahkanlah untuk dia dari umurku sebanyak empat puluh tahun.”
“Kalau begitu, akan ditulis dan ditetapkan serta tidak akan diubah lagi.”
Ketika habis usia Adam, datanglah Malakul Maut. Beliau pun berkata, “Bukankah masih tersisa usiaku ini empat puluh tahun?”
“Bukankah telah engkau berikan untuk putramu Dawud?” jawab Malakul Maut.
Adam mengingkari, anak cucunya juga demikian. Adam lupa, maka lupa pula anak cucunya. Adam bersalah, maka anak cucunya juga bersalah. (HR. at Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Pertama Di Bumi
Dosa pertama di Bumi adalah Hasadnya Qobil kepada Habil hingga Qobil tega membunuh Habil. Allah ta’ala berfirman, artinya,
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.”Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.””Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. Dipahami dari ayat ini bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.” (QS. Al-Maidah: 27-31)