Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

Oleh : Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc

Menyambut Dzul Hijjah… Bulan Indah Penuh Berkah

Segala puja bagi Allah ‘azza wajalla Rabb semesta alam, Sang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Betapa indah segala kuasa-Nya, dan tak terhingga limpahan nikmat karunia-Nya. Shalawat beriring salam semoga senantiasa terhaturkan kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam serta kepada segenap pengikut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang berpegang teguh di atas tuntunan ajarannya hingga akhir masa.

Saudaraku…

Tak sekejap matapun berlalu melainkan dengan anugerah dan nikmat Allah ‘azza wajalla. Di antara kenikmatan tersebut adalah waktu yang menjadi kesempatan meraih pahala dan menggapai kemuliaan, kesempatan itu silih berganti mengiringi perjalanan kehidupan setiap hamba. Dalam setiap musim kebaikan, Allah ‘azza wajalla menjadikan berbagai ibadah dapat semakin meninggikan derajat seorang muslim di sisi-Nya, dan Allah ‘azza wajalla menjanjikan pahala yang tak terhingga. Dengan demikian, maka waktu demi waktu sarat dengan kemuliaan dan kebahagiaan yang hakiki. Tutur kata dan ucapan yang telah baik menjadi semakin lebih bermakna, amal shalih yang telah banyak dilakukan semakin lebih berkualitas, keikhlasan semakin teruji dan kesabaran dalam menjalankan ibadah semakin lebih terasah. Alhasil, setiap bagian waktu yang dilewati setiap hamba muslim akan selalu bermakna ibadah dan setiap sikap perbuatannya mewujudkan amal shalih dan ketaatan. Cermatilah, shalat lima waktu dalam perputaran satu hari satu malam, shalat jum`at di setiap pekan, shaum hari senin dan hari kamis di setiap pekan, shaum tiga hari putih di pertengahan setiap bulan,shaum selama satu bulan Ramadhan yang dilanjutkan dengan anjuran shaum enam hari di bulan Syawwal di setiap tahun, serta ibadah-ibadah kaya pahala di hari-hari mulia bulan Dzul Hijjah. Dan demikian seterusnya kesinambungan amal shalih yang menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah ‘azza wajalla.

Dan ternyata tidak hanya ini saja, ada pula haji dengan beragam manasiknya, ada ibadah umrah, shaum hari arafah bagi selain pelaksana ibadah haji dan shaum hari `asyura. Demikian pula zakat wajib, anjuran berinfaq, bersedekah dan berbagi kedermawanan, menegakkan amar ma`ruf nahi munkar baik dengan ucapan maupun tindakan arif bijaksana, dan masih banyak lagi jenis ketaatan serta ibadah lain yang pastinya akan menghiasi setiap langkah kehidupan setiap muslim. Allah ‘azza wajallaberfirman     فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ * وَإِلى رَبِّكَ فَارْغَبْ , yang artinya “Apabila engkau telah usai (dari sebuah amal kebaikan), maka beralihlah dengan sungguh-sungguh (menuju amal kebaikan lainnya) * Dan hanya kepada Rabb-mu hendaklah engkau berharap”, (QS. Asy-Syarh: 94/6-7).

Idul Adha adalah salah satu hari raya di antara dua hari raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah ‘azza wajalla bagi ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini diterangkan dalam hadits Anas radiyallahu ‘anhu beliau berkata“Dahulu penduduk Madinah pada zaman jahiliyyah memiliki dua hari raya di setiap tahun yang menjadi masa mereka bermain bersuka ria padanya, maka tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Dahulu kalian memiliki dua hari raya yang kalian bermain dan bersuka ria padanya, sungguh Allah ‘azza wajalla telah menggantikan keduanya dengan dua hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari Fitri dan hari Adha”.{{1}}

Maka dalam rangka menyambut kemuliaan bulan Dzul Hijjah ini, berikut penulis bawakan beberapa hal yang semoga dapat menjadi panduan singkat sederhana dalam meraih berbagai pahala ibadah mulia di bulan Dzul Hijjah.

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

1.    Allah ‘azza wajalla menjadikannya sebagai hari-hari yang maklum (telah ditentukan)

Allah ‘azza wajalla berfirman

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ * لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّام مَعْلُومَاتٍ

Dan serukanlah kepada manusia untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai unta kurus dan datang dari segenap penjuru nan jauh * Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan”, (QS. Al-Hajj: 22/27-28). Ibnu Abbas, Abu Musa Al-Asy`ari y dalam tafsir ayat ini bertutur mengatakan “hari-hari yang maklum itu ialah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah”.{{2}} Demikian pula Al-Bukhari membawakan riwayat Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu ini dalam kitab shahihnya.{{3}}

2.    Allah ‘azza wajalla bersumpah dengan malam-malam sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah

Yang demikian ini menunjukkan bahwa hari-hari tersebut memiliki keistimewaan di sisi-Nya. Allah ‘azza wajalla berfirman  وَالْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ , artinya “Demi fajar * Dan demi sepuluh malam”, (QS. Al-Fajr: 89/1-2).

Ath-Thabari berkata “dan yang benar tentang tafsir ayat ini adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah, sebagaimana kesepakatan dasar penetapan tafsir tersebut dari para ahli tafsir”.{{4}}
Ibnu Katsir menguatkan ungkapan itu dan menyampaikan bahwa sesungguhnya hal tersebut merupakan tafsir Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid, dan selain mereka di antara para ulama ahli tafsir.{{5}}

3.    Amal shalih yang dilakukan di sepanjang sepuluh hari bulan Dzul Hijjah lebih dicintai oleh Allah ‘azza wajalla daripada di waktu-waktu selainnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan hal ini dalam sabda beliaushallallahu ‘alaihi wasallam

مَا مِنْ أيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأيَّامِ ( يَعْنِي أيَّامَ الْعَشْرِ ) . قَالُوْا : يَا رَسَوْلَ اللهِ ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ الله ؟ قَال : وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ الله، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمِالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shalih lebih dicintai oleh Allah ‘azza wajalla melebihi sepuluh hari pertama (di bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah (melebihi keutamaannya)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, “Tidak pula jihad di jalan Allah (melebihi keutamaannya), kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa raga dan hartanya kemudian ia tidak kembali dengan semua itu sedikitpun”.{{6}}

Para ulama menjelaskan kandungan makna hadits di atas, bahwa Allah ‘azza wajallamelebihkan keutamaan suatu waktu tertentu di atas waktu lainnya, dan Dia ‘azza wajalla mensyariatkan padanya berbagai ibadah serta amal shalih untuk mendekatkan diri kepada-Nya.{{7}} Hadits di atas menunjukkan bahwa semua amal shalih yang dilakukan di sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah lebih Allah ‘azza wajalla cintai daripada apabila amal shalih tersebut dilakukan di selain bulan Dzul Hijjah, sehingga menjadi lebih afdhal serta dijanjikan pahala yang berlipat. Dan amal shalih dalam hadits ini bersifat umum, termasuk shalat, sedekah, puasa, berzikir, membaca Al-Qur’an, berbuat baik kepada orang tua dan sebagainya.{{8}}

4.    Sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah merupakan sebaik-baik hari di dunia ini

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

“أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامِ الْعَشْرِ – يَعْنِيْ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ – قِيْلَ: وَلَا مِثْلُهُنَّ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا مِثْلُهُنّ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ عُفِرَ وَجْهَهُ بِالتُّرَابِ”

Sebaik-baik hari di dunia ialah hari-hari sepuluh (yakni sepuluh hari pertama dalam bulan Dzul Hijjah). Ditanyakan kepada Rasulullah “tidak pula sama baiknya dengan (jihad) di jalan Allah?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab “tidak pula sama dengan (jihad) di jalan Allah melainkan seorang pria yang wajahnya penuh dengan debu tanah”.{{9}}

5.    Pada sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah terdapat hari Arafah yang agung

Tentang keagungan hari Arafah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

” مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَر مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيْهِ عَبْداً مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَة، فَيَقُوْل : مَا أَرَادَ هَؤُلَاء ؟ “

Tiada hari yang padanya Allah ‘azza wajalla lebih banyak membebaskan para hamba dari api neraka melebihi hari Arafah. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla mendekat kemudian membanggakan mereka di hadapan para Malaikat seraya berfirman “Apakah yang diinginkan oleh mereka?”.{{10}}

6.    Pada sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah juga terdapat hari Nahr yakni hari penyembelihan kurban

Tentang keagungan hari Nahr Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur mengatakan

إِنّ َأَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمَ الْقَرِّ

Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah ‘azza wajalla ialah hari Nahr, kemudian hari Al-Qirr”.{{11}} Hari Al-Qirr artinya hari menetap yakni pada tanggal 11 Dzul Hijjah pada saat jama`ah haji menetap di Mina.

7.    Pada sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah berkumpul pilar ibadah yang utama

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata “Nampaknya, sebab yang menjadikan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah istimewa adalah karena padanya terkumpul pilar-pilar ibadah yang utama, yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain”.{{12}}

8.    Sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah memiliki keistimewaan sebagaimana halnya sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan

Bilamana seseorang bertanya, “manakah yang lebih afdhal (utama); sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ataukah sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah?”, maka sesungguhnya Imam Ibnu Al-Qayyim pernah menjelaskan dan berkata “Maka yang benar ialah, bahwa malam-malam sepuluh hari terakhir bulan Ramdhan lebih afdhal dan utama dari malam-malam sepuluh hari Dzul Hijjah. Dan hari-hari sepuluh awal bulan Dzul Hijjah lebih afdhal lagi utama daripada hari-hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan …. yang menguatkan hal ini ialah, bahwa malam-malam sepuluh hari terakhir bulan Ramdhan menjadi lebih istimewa dengan keberadaan malam lailatul qadar. Sementara hari-hari sepuluh awal bulan Dzul Hijjah menjadi lebih istimewa dengan keberadaan hari-hari mulia seperti hari Nahr (kurban), hari Arafah dan hari Tarwiyah.”.{{13}}

Wallahu A`lam

 


[[1]]Shahih, HR. An-Nasa’i no: 1556 dari Anas Radhiyallahu ‘anhu[[1]] [[2]]Lihat Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 hal. 415[[2]] [[3]]Lihat Sahih Al-Bukhari dan Fathu Al-Bari Jilid 2 Hal. 589[[3]] [[4]]Lihat Tafsit Ath-Thabari jilid 12 hal. 561 no: 37072[[4]] [[5]]Lihat Tafsir Ibnu Katsir jilid 5 hal. 390[[5]] [[6]]Shahih, HR. Bukhari no: 969, dan Abu Daud no: 2438 keduanya dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu[[6]] [[7]]Lihat keterangan Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab Lathaifu Al-Ma’aarif hal. 19-20[[7]] [[8]]Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Syarhu Riyadhi Ash-Shalihin jilid 3 hal. 267[[8]] [[9]]Shahih, HR. Al-Bazzar, Abu Ya`la dan Ibnu Hibban dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no: 1150 dan Al-Jami` Ash-Shahih no: 1133.[[9]] [[10]]Shahih, HR. Muslim no: 3275 dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha[[10]] [[11]]Shahih, HR. Abu Dud no: 1765 dari Abdullah bin Qurth Radhiyallahu ‘anhu[[11]] [[12]]Lihat Fathu Al-Bari oleh Ibnu Hajar jilid 2 hal. 593[[12]] [[13]]Lihat Zaadu Al- Ma’ad oleh Ibnu Al-Qayyim jilid 1 hal. 57[[13]]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *