Oleh Fikri Tsabit Lubab alumni Pesantren Islam Al Irsyad ke 19 tahun 2010 dan diedit oleh Agus Suseno
Segala puja dan puji syukur tetap tertujukan kepada Allah –azza wa jalla– yang telah melimpahkan berbagai macam nikmatNya kepada kita semua. Di antara nikmat yang paling besar ialah nikmat iman dan nikmat islam, yang mana dengan nikmat tersebut kita dapat merasakan manisnya hidup di dunia ini. Nikmat yang lain ialah nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, dan dengan nikmat inilah kita dapat kembali menggali warisan para Nabi, yaitu ilmu. Dan dengan ilmulah kita dapat kembali merasakan manisnya iman .
Sholawat bertangkaikan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad –shalallahu alaihi wa sallam-, yang telah diutus oleh Allah –azza wa jalla– untuk menyempurnakan akhlak manusia, kemudian diturunkan kepadanya kitab Al-qur’an, yang tidak ada keraguan di dalamnya .Amma ba’du :
Makna Tazkiyatun Nufus
Tazkiyah memiliki makna tersendiri yaitu menyucikan, menyucikan diri seseorang dari perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan budi pekerti yang mulia dan menyucikan hati seseorang dari hal-hal yang dapat menimbulkan kerasnya hati yang ditimbulkan oleh berbagai macam kemaksiatan yang telah dikerjakan. Entah itu mencuri, membunuh, menggunjing orang lain, menggosip dan lain sebagainya.
Salaf dan Tazkiyatun Nufus
Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu.
Sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an :
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah : 151)
Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu, dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu`an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: “Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita?” beliau menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!”
Hakekat Tazkiyatun Nufus
Dengan mempelajari Tazkiyatun Nufus, hati akan terasa tentram, nyaman, aman dan bersih. Yang mana, tidaklah seseorang akan selamat pada hari kiamat kelak, kecuali orang–orang yang diberikan oleh Allah –azza wa jalla– hati yang bersih hati yang salim, hati yang selamat dari fitnah–fitnah, Syubhat-syubhat (kerancuan berpikir), dan syahwat-syahwat. Sebagaiman yang telah Allah –azza wa jalla– firmankan di dalam Al-Qur’an :
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُون إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) pada hari(ketika) harta dan anak–anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asyu’ara : 88-89)
Tazkiyatun Nufus merupakan pondasi jiwa ataupun hati seseorang. Allah –subhanahu wa ta’ala- telah mengutus rasul-rasul-Nya kepada para kaum, untuk memurnikan jiwa-jiwa mereka. Sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِين ٍ
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat–Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata“. (QS. Al-Jum’ah : 2)
Urgensi Tazkiyatun Nufus
Diantara pentingnya atau urgennya Tazkiyatun nafs atau pensucian hati adalah :
Pertama:
Perilaku dan perbuatan manusia sangat tergantung pada kondisi hati yang ada di dalam dirinya. Apabila hatinya bersih dan baik, perilakunya baik, dan sebaliknya, apabila hatinya kotor dan buruk perilakunya juga akan buruk.
Rasulullah –shalallahu alaihi wa sallam- bersabda :
“Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada suatu organ (mudqoh), apabila ia baik, baiklah seluruh tubuhnya, apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh. Dan organ itu adalah hati.”
Jadi perbaikan diri dan perilaku kita harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, dari hati kita.
Allah ‘azza wajal berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.Ar-ra’ad : 11)
Allah –azza wa jalla– berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.” (QS.Al-ahzab : 70-71)
Kedua:
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami, betapa pentingnya tazkiyatun nafs tersebut. Kebersihan hati lebih penting dan lebih utama dari pada kebersihan fisik. Hati yang bersih akan melahirkan tubuh dan perilaku yang bersih dan sehat, tidak sebaliknya. Dan tidak selalu benar ungkapan yang mengatakan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”, yang benar adalah “Hati yang bersih dan sehat akan menampilkan perilaku dan akhlak yang bersih terpuji”.
Ketiga:
Dengan hati yang bersih, hidup manusia akan tenang, damai, dan bahagia. sungguh beruntung orang yang membersihkan dirinya. Dan sungguh merugi orang yang mengotori dirinya. Kebahagian dan ketentraman ini bukan saja terletak pada kehidupan duniawi yang fana, tetapi hati yang bersih juga jaminan kebahagian ukhrowi yang kekal dan abadi.
Pada hari kiamat nanti, anak-anak dan harta tidak bermanfaat lagi, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih “Wahai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Rabbmu dengan sukarela dan diridhoi Allah, masuklah ke dalam surga-Ku.”
Keempat:
Mengingat demikian urgennya tazkiyatun nafs bagi kehidupan manusia, karenanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kekasih Allah dan juga panutan kita, secara khusus meminta kepada Allah agar mengutus Rasul di antara anak cucunya yang kelak akan berperang melakukan Tazkiah.
Allah –azza wa jalla- berfirman :
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ
“Wahai Rabb kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau. Dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan hikmah serta mentazkiyah (mensucikan mereka).” (QS3.Al-Baqoroh : 129)
Kelima:
Ketika Allah –azza wa jalla– mengutus Rasulullah –shalallahu alaihi wa sallam-, di jelaskan bahwa salah satu risalah utama beliau adalah tazkiyah.
Allah -‘azza wa jalla– berfirman :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِم آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
”Dialah yang mengutus kepadakamu yang buta huruf seorang Rasul (Muhammad shalallahu alaihi wa sallam) di antara mereka yang membacakan ayat-ayat kepada mereka, mentazkiyah (mensucikan) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.” (QS. Al Jumuah : 2)