Urgensi Tauhid

oleh Ahmadi (alumni pesantren islam Al-Irsyad ke-19), editor Ustadz Tauhidin

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah –ta’ala- yang telah mencurahkan ni’matNya kepada kita, sehingga kita dapat beribadah kepadaNya. Shalawat beriring salam semoga selalu terlimpah atas Nabi kita Muhammad -salallahu ‘alaihi wa sallam- yang telah memperjuangkan islam dengan mengajak umatnya kepada tauhid dan mengancam siapa saja dari kalangan umatnya dari berbuat syirik kepada Allah –ta’ala-.

Seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan zaman, banyak manusia yang telah lupa tujuan diciptakan mereka di dunia ini oleh Allah –ta’la-, itu disebabkan jauhnya mereka dari tuntunan Al Quran dan As Sunnah di atas manhaj Salaful Ummah.

Allah –subhanahu wa ta’ala– telah berfirman di dalam Al Quran :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz Dzariyat : 56)

Kalau seandainya manusia mentadabburi ayat di atas, maka mereka akan mengetahui apa sebenarnya tujuan mereka diciptakan di dunia ini. Allah –subhanahu wa ta’ala– menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepadaNya. Oleh karena itulah, Dia mengutus para Rasul kepada kaum manusia supaya menjalankan misi yang sama yaitu mentauhidkan Allah –ta’ala-.

Di dalam Al Qur’an, Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ 

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap ummat seorang Rosul agar kalian beribadah kepada Allah dan menjauhi ibadah Thoghut. (QS. An Nahl : 36)

Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan para utusanNya, tentu harus mengetahui maksud dan tujuan utama diutusnya para rasul kepada kaumnya. Apalah arti sebuah keimanan seorang hamba kepada para Rasul kalau tidak mengetahui maksud dan tujuan diutusnya mereka kepada umat manusia. Kalau seseorang mengetahui maksud dan tujuan diutusnya para rasul, tentunya dia akan beramal sesuai dengan tujuan tersebut.

Maka, maksud dan tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul adalah menegakkan kalimatTauhid, karena ia adalah kunci keselamatan yang dapat menyelamatkan seorang hamba dari siksaan api neraka yang telah Allah Ta’la siapkan bagi siapa saja yang enggan mentauhidkanNya. Karenanya, penting bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari Tauhid karena tauhid bukan hanya di ucapkan melalui lisan akan tetapi juga melalui pengamalan.

Dan ketahuilah, bahwasanya al hanifiyah yakni agama Ibrahim adalah agar kita beribadah kepada Allah semata, dengan memurnikan seluruh agama hanya kepadaNya. Dan karena itulah Allah memerintahkan seluruh manusia dan pula menciptakan mereka untuk ibadah [kepadanNya].

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah (kepadaKu). (QS. Adz Dzariyat : 56)

Makna ‘Supaya beribadah kepadaKu’ adalah ‘supaya mereka mentauhidkanKu’.

Perintah terbesar yang Allah memerintah denganya adalah Tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Dan larangan terbesar yang Allah melarang darinya adalahkesyirikan, yaitu meminta/beribadah kepada yang lain di samping beribadah kepada Alloh.

Alloh –subhanahu wa ta’ala- berfirman di dalam Al Qur’an :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّمَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”  (QS. An-Nisa: 36).

Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan perkara–perkara yang ia perintahkan kepada hambaNya. Dan perkara yang  pertama kali yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini di sebutkan pertama kali daripada berbuat baik kepada orang tua karena pentingnya perkara tersebut, dan amalan kebaikan yang dikerjakan oleh seorang hamba harus didasari dengan Tauhid. Maka sangatlah aneh jika seorang hamba berbuat kebaikan akan tetapi ia banyak menyepelekan hak – hak Allah Ta’ala. Wallahu Ta’ala A’lam bi showab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *